Tanah menjadi aset yang
sangat berharga saat ini. Investasi pada tanah menjadi sangat menguntungkan
karena harganya tidak pernah turun, hingga Mark Twain pun mengatakan, "Buy land, they're not making it anymore".
Selain itu, tanah bersifat multifungsi, bisa digunakan untuk apapun. Salah
satunya untuk dijadikan lahan pertanian. Nah, sebagai negara dengan kondisi
tanah yang terbatas, Belanda menyadari hal itu. Belanda mencari segala cara
untuk memperbanyak tanah mereka dan mencari cara untuk mengupayakan tanah
mereka yang sedikit itu. Sejauh ini ? mereka berhasil ! Ingin tahu rahasia dan
strategi Belanda mengolah tanah mereka ? Check
this out !
Gambar 1. Kegiatan Petani Belanda
Bangsa Belanda mengupayakan lahan mereka secara maksimal.
Bangsa ini menyadari benar kesuburan yang dimiliki tanah di wilayah mereka. Inilah
sisi "keren" dari petani-petani di Belanda. Mereka sadar akan potensi
pertanian yang dimiliki dan bertekad melakukan inovasi berkelanjutan di Negara
mereka. Mereka menjaga 2 komponen utama pertanian itu sendiri, yaitu tanah dan
bibit tanaman.
Berbagai sistem pertanian diterapkan oleh petani. Mulai dari
pertanian konvensional dengan banyak variabel eksternal yang ditambahkan pada
tanaman, kemudian sistem pertanian organik yang sama sekali tidak menggunakan
bahan seperti pestisida, herbisida, dan sebagainya, sampai sistem pertanian
yang terintegrasi dengan menerapkan sistem pergiliran lahan untuk meningkatkan
daya tahan lahan terhadap dampak lingkungan. Pergiliran lahan juga membuat
tanah menjadi lebih kaya akan nutrisi dan zat hara. Belanda sangat
memperhatikan masalah ini. Sejauh ini terlihat biasa saja ? Tunggu, mari kita
lihat bagian selanjutnya.
Sejak tahun 1991, beberapa provinsi di Belanda telah
berusaha untuk membentuk suatu jaringan untuk memonitor kualitas tanah (soil-quality monitoring network). Tujuan
jaringan ini untuk mengetahui kondisi kesuburan tanah berdasarkan riwayat
penggunaan tanah tersebut, air tanah, dan tipe tanah itu sendiri. Aspek
keberlanjutan membuat Belanda tidak hanya melihat kondisi kesuburan tanah
mereka saat ini, tapi juga di masa lalu, dan masa yang akan datang. Selain itu
karena mereka memiliki cakupan pertanian yang cukup luas, untuk meningkatkan
produksi mereka banyak menggunakan peralatan seperti pesawat dan alat lainnya
untuk membantu melakukan perawatan tanaman. Bagaimana ? That is cool right ?
Gambar 2. Teknologi Pertanian Belanda, 2010 The
Netherlands Precision Agriculture Project (PPL)
Sumber :
http://www.phaff.com/en/content/2010-the-netherlands-precision-agriculture-project.html
Belanda tidak main main dalam mengembangkan sektor
pertaniannya. Bak partai politik yang dalam masa kampanye, Belanda memiliki
slogan di bidang pertanian. Slogan pertama adalah doing more with less, mereka percaya kalau untuk meningkatkan
produksi, bisa dengan menggunakan lahan yang kecil, semakin hemat dalam
penggunaan listrik, air dan faktor produksi lainnya. Dengan menyadari betapa
sedikit dan terbatasnya sesuatu yang kita punya, maka kita akan semakin
menghargai sesuatu itu, itulah yang dialami Belanda dan mereka banyak melihat
kesempatan dalam kesempitan. That is a great
job !
Slogan kedua adalah higher
added value, yaitu dengan mencoba meningkatkan nilai tambah sebuah produk
melalui mekanisme teknologi terbaru. Nah, karena itulah mereka sangat menekuni
bidang riset dan mengembangkan benih-benih tanaman untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Mereka mengembangkan benih agar dapat memberikan buah dengan
keuntungan lebih dalam jangka waktu yang panjang. Ibaratnya nih, 1 kg benih
tomat di Belanda bernilai lebih mahal daripada 1 kg emas di eropa. How could ?
karena keuntungan berkelanjutan yang dapat di hasilkan oleh benih itu. Universitas-universitas di Belanda banyak
yang mendedikasikan diri untuk melakukan riset bagi negara dan dunia. Dari
riset-riset ini kemudian digulirkan inovasi-inovasi, di antaranya untuk
industri pertanian.
Gambar 3. Agrikultur berbasis Riset
Sumber : http://hollandhubaustralia.com.au/sectors/agriculture-food/
Seperti pada tahun 2011 lalu. Belanda telah melakukan uji
penanaman tiga puluh jenis kentang di lahan asin. Ini adalah uji coba pertama
dari serangkaian uji coba lain. Tujuan utamanya adalah menanam kentang asin
yang dapat tumbuh di seluruh dunia, karena bagi jutaan orang, kentang adalah
makanan sehari-hari. Hasil dari pengujian ini menunjukkan bahwa dua jenis
kentang Belanda ternyata dapat tumbuh dengan baik di kawasan asin. Uji ini
sangat penting karena dalam sepuluh tahun mendatang, satu miliar hektar lahan
pertanian di seluruh dunia tidak layak lagi untuk pertanian tradisional. Ini
dikarenakan mengasinnya lahan pertanian. Dalam hal ini, Belanda melakukan
penelitian yang bisa diterapkan di seluruh dunia. Belanda berusaha
mengembangkan produk-produk, dengan dasar komersial atau sosial. Di lahan uji,
juga ditanam tanaman laut serta tumbuh-tumbuhan liar tahan asin, di antaranya
adas. Sayuran ini tumbuh dengan baik dan disajikan di restoran-restoran Texel.
Jika petani berhasil 'mengendalikan' tanaman ini, maka juga bisa dipasarkan
sebagai tumbuhan pertanian. Rupanya Belanda mengikuti fenomena alam dan
berusaha beradaptasi dengan baik. Keren bukan menjadi petani di Belanda dengan
berbagai inovasinya ? Dari sini kita bisa melihat bahwa petani bisa memiliki power yang besar apabila dilihat dari
sudut pandang yang lain.
Saking fokusnya pada sektor pertanian, salah satu daerah
di Belanda, tepatnya Pemerintah kotapraja di Westland, telah mendedikasikan
diri sebagai kota pertanian dan tidak melirik sektor lain sebagai penopang
ekonomi kota tersebut. Tidak heran jika Belanda mampu jadi eksportir yang
terbesar di dunia pertanian setelah Amerika Serikat.
Belanda memang tidak berhenti sampai disitu. Di sisi lain
untuk menambah perbendaharaan tanah mereka, Belanda tekun melakukan reklamasi
padahal kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Siapa yang
menyangka, justru wilayah-wilayah pinggir laut yang dulu semestinya adalah laut
kini menjadi lahan pertanian yang subur, peternakan, dan lokasi utama
agroindustri yang mampu menyumbang 20 persen terhadap pendapatan nasional (PNB)
Belanda. Semuanya berkat dari reklamasi tersebut. Di Belanda, Daratan baru
hasil dari reklamasi menghasilkan sebuah provinsi baru bernama Flevoland yang
dulunya adalah lautan. Eureka ! Mereka berhasil menemukan "harta
karun" mereka.
Indonesia sepertinya perlu belajar dari peradaban Belanda. Belanda adalah negara yang tidak pernah berhenti belajar dan berinovasi. Negara yang luasnya tidak lebih besar daripada pulau Jawa ini memiliki rahasia peradaban yang luar biasa. Banyak orang bilang, kita sebagai manusia dalam menjalani hidup harus banyak belajar dari masa lalu. Otto Frank pernah berkata "to build up a future, you have to know the past". Sebuah negara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Indonesia merupakan bangsa yang besar, namun besar bukan berarti segalanya, buktinya Indonesia kini juga mengadapi berbagai masalah yang rumit. Ada baiknya Indonesia belajar dari masa lalu. Bukan hanya belajar dan mengenang masa-masa perjuangan dulu, namun belajar pada tokoh di masa lalu, yaitu negara Belanda. Tidak perlu belajar dari hal-hal yang terlalu tinggi, mulai saja dari hal sederhana yang sebenarnya adalah jati diri Indonesia sendiri. Agroindustri. Bukankah orang bilang tanah kita tanah surga ? sampai tongkat, batu, dan kayu pun jadi tanaman.
Referensi :
De Buck, A. J., et al.
"Farmers’ reasons for changing or not changing to more sustainable practices:
an exploratory study of arable farming in the Netherlands." The Journal of
Agricultural Education and Extension 7.3 (2001): 153-166.
Soczo, E. R., and J. J.
M. Staps. "Review of biological soil treatment techniques in the
Netherlands." Contaminated Soil’88. Springer Netherlands, 1988. 663-670.
http://internasional.kompas.com/read/2011/08/03/15233380/Kentang.Belanda.Tumbuh.di.Lahan.Asin.
Diakses pada 16 April 2015.
No comments:
Post a Comment