Ekosistem dan sumber
daya di suatu wilayah adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Apa dan
bagaimana saja jenis sumber daya yang ada di suatu kawasan tergantung pada
ekosistem yang terbentuk didalamnya. Sumber daya yang ada tersebut juga
terkadang turut mendukung terbentuknya ekosistem yang baru. Seperti apakah
ekosistem dan sumber daya yang ada di wilayah pesisir Indonesia ? Ada baiknya
mengintip ekosistem dan sumber daya di wilayah pesisir Kalimantan TImur,
tepatnya di Teluk Balikpapan.
Di Teluk Balikpapan berkembang ekosistem Mangrove.
Ekosistem Mangrove merupakan habitat bagi beragam jenis ikan, kepiting, udang,
kerang, reptil dan mamalia. Detritus dari Mangrove merupakan dasar pembentukan
rantai makanan bagi banyak organisme pesisir dan laut. Hutan mangrove dengan
sistem perakarannya yang kokoh mampu menahan hempasan ombak dan mencegah abrasi
pantai, selain itu juga berfungsi untuk perangkap sedimen dan dapat
menetralisir sebagian senyawa-senyawa yang bersifat racun.
Penduduk setempat telah lama memanfaatkan mangrove.
Mereka menggunakan kayu mangrove untuk bahan bangunan, arang, dan kayu bakar. Beberapa
jenis mangrove tertentu dimanfaatkan sebagai obat luka akibat tersengat ikan.
Selain itu penduduk menangkap ikan, udang, kepiting dan bahan makanan lainnya
di kawasan mangrove. Seperti juga mangrove di tempat lain, hutan mangrove di
Teluk Balikpapan terancam oleh bertambahnya penduduk yang membutuhkan lahan dan
sumber daya alam. Antara tahun 1998-1999 sebanyak 929 hektar atau lima persen
dari hutan mangrove di Teluk Balikpapan dikonversi untuk tambak udang,
perumahan, dan terminal pelabuhan (Boer dan Udayana, 1999).
Meskipun secara umum kondisi hutan mangrove di Teluk Balikpapan
masih baik, namun terjadi penurunan luasan hutan mangrove dari tahun ke tahun dan
dampaknya sudah mulai dirasakan. Hal ini terbukti dari hasil tangkapan nener
bandeng (Chanos chanos) dan benur udang windu (Penaeus monodon) di perairan
Sungai Somber, Riko dan Sesumpu, yang cenderung menurun dari waktu ke waktu dan
salah satu penyebabnya adalah kerusakan mangrove.
Kombinasi hutan mangrove dengan sistem perairan
sungai-sungai yang bermuara di teluk membentuk kekhasan suasana alam yang unik.
Potensi lain yang sangat menarik sebagai objek wisata alam adalah adanya
mamalia laut seperti pesut (Orcaella brevirostris) dan duyung (Dugong dugon) di
beberapa lokasi di perairan Teluk Balikpapan.
Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang berada di sub DAS
Wain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem kawasan Teluk
Balikpapan. Keberadaan sub DAS Wain sangat berpengaruh terhadap kesehatan Teluk
Balikpapan, sebagai contoh sumbangan sedimentasi yang berasal dari Sub DAS Wain
yang rendah karena adanya upaya pengelolaan HLSW.Di dalam kawasan Teluk
Balikpapan terdapat sub-sub DAS lainnya yang dapat dikelola seperti pengelolaan
subDAS Wain. Diharapkan pengelolaan sub-subDAS tersebut perlu mengacu kepada
renstra pengelolaan Teluk Balikpapan sebagai payung dari pengelolaan Kawasan Teluk
Balikpapan.
Hal tersebut di atas menunjukkan betapa kayanya ekosistem
dan sumber daya di pesisir Indonesia. Sayangnya terkadang karena tuntutan
perkembangan zaman dan kepadatan penduduk akhirnya potensi-potensi tersebut
seringkali dikesampingkan. Kajian mendalam mengenai upaya pengelolaan wilayah
pesisir memang bukan hal yang mudah, namun hal itu perlu untuk dicicil dari
sekarang agar nantinya dapat direncanakan dan diterapkan suatu upaya
pengelolaan wilayah pesisir yang tidak merugikan pihak manapun. Dibutuhkan
keterlibatan dari semua pihak yang berkepentingan untuk mewujudkan hal
tersebut.
Sumber : Koleksi
Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003 Seri Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu
berjudul Contoh Rencana Stategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan dan Peta
Peta Pilihan
No comments:
Post a Comment