Friday, 20 March 2015

Mengintip Ekosistem dan Sumber Daya Teluk Balikpapan


Ekosistem dan sumber daya di suatu wilayah adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Apa dan bagaimana saja jenis sumber daya yang ada di suatu kawasan tergantung pada ekosistem yang terbentuk didalamnya. Sumber daya yang ada tersebut juga terkadang turut mendukung terbentuknya ekosistem yang baru. Seperti apakah ekosistem dan sumber daya yang ada di wilayah pesisir Indonesia ? Ada baiknya mengintip ekosistem dan sumber daya di wilayah pesisir Kalimantan TImur, tepatnya di Teluk Balikpapan.

Di Teluk Balikpapan berkembang ekosistem Mangrove. Ekosistem Mangrove merupakan habitat bagi beragam jenis ikan, kepiting, udang, kerang, reptil dan mamalia. Detritus dari Mangrove merupakan dasar pembentukan rantai makanan bagi banyak organisme pesisir dan laut. Hutan mangrove dengan sistem perakarannya yang kokoh mampu menahan hempasan ombak dan mencegah abrasi pantai, selain itu juga berfungsi untuk perangkap sedimen dan dapat menetralisir sebagian senyawa-senyawa yang bersifat racun.


Penduduk setempat telah lama memanfaatkan mangrove. Mereka menggunakan kayu mangrove untuk bahan bangunan, arang, dan kayu bakar. Beberapa jenis mangrove tertentu dimanfaatkan sebagai obat luka akibat tersengat ikan. Selain itu penduduk menangkap ikan, udang, kepiting dan bahan makanan lainnya di kawasan mangrove. Seperti juga mangrove di tempat lain, hutan mangrove di Teluk Balikpapan terancam oleh bertambahnya penduduk yang membutuhkan lahan dan sumber daya alam. Antara tahun 1998-1999 sebanyak 929 hektar atau lima persen dari hutan mangrove di Teluk Balikpapan dikonversi untuk tambak udang, perumahan, dan terminal pelabuhan (Boer dan Udayana, 1999).

Meskipun secara umum kondisi hutan mangrove di Teluk Balikpapan masih baik, namun terjadi penurunan luasan hutan mangrove dari tahun ke tahun dan dampaknya sudah mulai dirasakan. Hal ini terbukti dari hasil tangkapan nener bandeng (Chanos chanos) dan benur udang windu (Penaeus monodon) di perairan Sungai Somber, Riko dan Sesumpu, yang cenderung menurun dari waktu ke waktu dan salah satu penyebabnya adalah kerusakan mangrove.

Kombinasi hutan mangrove dengan sistem perairan sungai-sungai yang bermuara di teluk membentuk kekhasan suasana alam yang unik. Potensi lain yang sangat menarik sebagai objek wisata alam adalah adanya mamalia laut seperti pesut (Orcaella brevirostris) dan duyung (Dugong dugon) di beberapa lokasi di perairan Teluk Balikpapan.

Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang berada di sub DAS Wain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem kawasan Teluk Balikpapan. Keberadaan sub DAS Wain sangat berpengaruh terhadap kesehatan Teluk Balikpapan, sebagai contoh sumbangan sedimentasi yang berasal dari Sub DAS Wain yang rendah karena adanya upaya pengelolaan HLSW.Di dalam kawasan Teluk Balikpapan terdapat sub-sub DAS lainnya yang dapat dikelola seperti pengelolaan subDAS Wain. Diharapkan pengelolaan sub-subDAS tersebut perlu mengacu kepada renstra pengelolaan Teluk Balikpapan sebagai payung dari pengelolaan Kawasan Teluk Balikpapan.

Hal tersebut di atas menunjukkan betapa kayanya ekosistem dan sumber daya di pesisir Indonesia. Sayangnya terkadang karena tuntutan perkembangan zaman dan kepadatan penduduk akhirnya potensi-potensi tersebut seringkali dikesampingkan. Kajian mendalam mengenai upaya pengelolaan wilayah pesisir memang bukan hal yang mudah, namun hal itu perlu untuk dicicil dari sekarang agar nantinya dapat direncanakan dan diterapkan suatu upaya pengelolaan wilayah pesisir yang tidak merugikan pihak manapun. Dibutuhkan keterlibatan dari semua pihak yang berkepentingan untuk mewujudkan hal tersebut.


Sumber : Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003 Seri Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu berjudul Contoh Rencana Stategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan dan Peta Peta Pilihan

No comments:

Post a Comment